Senin, 05 September 2016

PUBLIKASI KARYA MANUSIA


           Manusia diciptakan untuk saling berkomunikasi secara visual maupun lisan. Perkembangan ini berawal dari manusia prasejarah yang membuat lukisan di dinding gua, ini menunjukkan bahwa lukisan sebagai media untuk menyampaikan pikiran seseorang kepada orang lain (Roger, 1986:16). Roger juga menjelaskan bahwa komunikasi manusia di bagi menjadi empat babak utama yaitu, komunikasi tertulis, tercetak, interakktif, dan telekomunikasi. Manusia memang selalu berkeinginan mengomunikasikan pikiran maupun perasaan mereka kepada orang lain. Adanya dunia penerbitan yang membantu manusia dalam menyampaikan informasi kepada orang lain tanpa harus bertemu seperti komunikasi lisan. Informasi tersimpan dalam berbagai medium, mulai dari yang konvensional yaitu kertas sampai yang mutakhir seperti hardisk atau yang lainnya.


          Nilai Tambah Isi Penerbitan

         Informasi merupakan sekumpulan data yang telah diolah, dan data merupakan hasil dari fakta atau peristiwa yang telah terjadi. Fakta tersebut dikumpulkan dan diolah menjadi data demografis. Kemudian dari data tersebut dikaitkan dengan data lain dan akan menjadi pengetahuan, selanjutnya kumpulan pengetahuan itu akan menjadi kearifan. Salah satu contoh buku yang berisikan fakta adalah World Factbook, isinya memuat tentang fakta-fakta dari berbagai negara. Selain itu, buku yang berisi data adalah buku terbitan Badan Pusat Statistik  yang berisi data kependudukan, pendidikan, ekonomi, sosial-budaya dan politik. Sedangkan buku yang berisikan tentang informasi biasanya seperti buku petunjuk wisata yang diterbitkan oleh pemertintah setempat. Untuk buku yang berisi pengetahuan biasanya banyak digunakan siswa untuk menunjang pembelajaran mereka. Dan buku yang berisi sekumpulan pengetahuan biasanya dikenal dengan ensiklopedi.

            Kategori penerbitan di atas biasa disebut dengan kategori manajemen pengetahuan. Namun, lebih umumnya orang mengkategorikan isi buku dengan membedakan kandungan isinya antara fiksi dan nonfiksi. Penerbitan merupakan proses pemberian nilai tambah atas isi yang akan diterbitkan. Proses pemberian nilai tambah ini melalui pengumpulan dan pengolahan sehingga bermanfaat bagi pembacanya. Nilai tersebut dilihat dari lima nilai dasar sebagai dimensi yanng ditambahkan, yaitu

  1. Nilai logis, di maksudkan bahwa isi informasi tersebut diterbitkan dengan memberikan kebenaran secara rasional. 
  2. Nilai etis, isi informasi yang disampaikan memberikan makna dan memperdalam ketaatan dan perilaku etis pada pembacanya.
  3. Nilai estetis, informasi yang disampaikan mendorong perkembangan apresiasi dan perilaku etis pembacanya. 
  4. Nilai teleologis, berasrti nilai guna dari informasi yang disampaikan seperti memperluas wawaasa, meningkatkan ketrampilan dan lain sebagainya. 
  5. Nilai teologis, maknanya terkait dengan mendorong pembacanya untuk memperkuat kehidupan spiritualnya dan taat kepada Tuhan-Nya.
         Dengan adanjya pertambahan nilai dalam isi suatu terbitan dapat dikategorikan mana terbitan yang bermutu dan bermanfaat bagi pembacanya. Misalkan bacaan pornografi, diterbitkan tidak memberi manfaat bagi pembacanya hanya untuk memenuhi keinginan instinktifnya. Nilai tambah dalam suatu terbitan itu dijadikan acuan dalam mempertimbangkan penerbitan. Karena dengan adanya nilai tambah dapat menentukan kebermaknaan suatu terbitan. Besar atau tidaknya nilai tambah dalam buku atau suatu terbitan akan menentukan penting tidaknya buku tersebut. Apabila buku tersebut dianggap penting dan menjadi langka, tidak heran apabila banya pembaca yang menginginkannya.

         Banyak buku yang dianggap langka jarang beredar di pasaran dan terkadang harganya mahal, sehingga tidak jarang banyak buku yang hilang karna dicuri. Briggs dan Bruke (2006: 24-25) mengatakaan bahwa untuk mengatasi mahalnya harga buku dan isi buku terlalu teknis sehingga hanya menarik segelintir orang. Dengan adanya perpustakaan yang digunakaan untuk memenuhi kebutuhan warganya yang kurang memiliki kemampuan untuk membeli buku namun memiliki keinginan untuk menambah pengetahuannya. Nilai tambah dalam suatu terbitan dikaitkan dengan sisi komersial dan sisi idealisme. Dalam dunia penerbitan banyak berkaitan dengan gagasan yang dikomunikasikan dan dipandang membantu mengembangkan kehidupan masyarakat menjadi human capital.

         Makna Publikasi Bagi Perkembangan Peradaban

       Buah pikir manusia yang dituang dalam tulisan dan disebarkan dalam konteks menginformasikannya kepada orang lain menggugah hati Johannes Gutenberg untuk menciptakan sebuah mesin cetak. Pada saat itu tahun 1455 mesin cetak tersebut digunakan untuk mencetak 200 eksemplar Kitab Injil. Dengan adanya mesin cetak mempengaruhi peradaban manusia pada saat itu. Terlebih lagi setelah ditemukannya mesin cetak 11 tahun setelahnya, perkembangan dunia penerbitan di Eropa sangat pesat dan derdiri di berbagai negara-negara besar seperti Basel, Swiis dan beberapa negara besar.  Pada tahun 1500 di Eropa ada sekitar 250 percetakan dan menghasilkan 13 juta eksemplar buku dan mampu melayani penduduk sekitar 100 juta orang. Sedangkan negara di Asia yang telah menggunakan mesin cetak adalah Cina dan Jepang, digunakan sejak abad ke-8. Namun mesin cetak yang digunakan berbeda dengan milik Gutenberg, ini lebih seperti stempel dengan menggunakan blok-blok kayu. Di kedua negara tersebut menggunakan gambar ideogram yang jumlahnya ribuan.

          Pada awal ke-18 disusunlah bibliografi tentang berbagai bidang. Namun ketika jumlahnya semakin besar maka bibliografi dari suatu topik akan menjadi penting. Menurut Samuel Hatlib, Seni percetakan akan menyebarluaskan ilmu pengetahuan sedemikian rupa, sehingga orang biasa karena mengetahui hak dan kebebasan mereka tidak akan mau lagi diperintah dengan cara penindasan. Seperti yang dijelaskan DeFleur dan Dennis (1988:41) penerbitan buku belum dipandang sebagai suatu kekuatan politik. Di Benua Amerika, yang masih berupa negara koloni, kegiatan penerbitan masih dalam pengawasan. Dengan terjadinya revolusi, berkembanglah dunia penerbitan di Amerika Serikat, seperti kota New York, Boston, dan Philadelphia
sebagai pusat kegiatan penerbitan.

         Di Indonesia, pada 4 September pemerintah kolonial Belanda mendirikan lembaga penerbitan dengan nama Comunissie voor de Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat) pada tahun 1908. Saait ini dikenal dengan Balai Pustaka. Penerbitan di pengaruhi dan mempengaruhi 3 hal, yaitu agam, pendidikan dan pemikiran manusia. Adanya dunia penerbitan lebih memungkinkan pemikiran manusia berkembang di tengah masyarakat. Gagasan dalam berbagai bidang tersebut yang di peroleh dari pemikiran-pemikiran yang di publikasikan terhalang dengan berbagai hambatan seperti, banyaknya aturan dan sensor terhadap penerbitan menentukan boleh tidaknya tulisan tersebut dipublikasikan.

         Perkembangan Teknologi dan Medium Publikasi

         Perkembangan teknlogi saat ini semakin pesat, banyak media penyimpanan informasi dialih mediakan dalam bentuk digital, seperti koran ataupun buku digital. Teknologi mendorong media publikasi yang bervariasi dan semakin berkembang. Misalkan adanya audiobook untuk penyandang tuna netra, dengan gangguan mata yang dialami, penyandang tuna netra masih bisa “membaca” dengan mendengarkan melalui tape recorder. Sehingga penyandang tuna netra yang ingin memperluas pengetahuannya mudah untuk mengaksesnya. Inovasi penerbitan, sejalan dengan perkembangan komunikasi manusiayang berawal dari komunikasi secara konvensional sampai komunikasi digital. Komunikasi digital saat ini sangat mempermudah dalam hal, seperti penyimpanan dan penelusuran informasinya sangat cepat.


        Selain itu penyimpanan komunikasi digital lebih mudah dialih mediakan ataupun dipindah dari satu medium ke medium lainya. Selain itu, kemudahan dalam berkomunikasi juga tidak terhalang dengan jarak, misalkan toko buku online yaitu Amazon.com mengirimkan e-book yang dibeli pelangganya melalui e-mail tanpa menunggu lama e-book tersebut sudah berpindah tempat. Berbeda dengan pembelian secara konvesional, membutuhkan waktu pengiriman beberapa hari. Adanya perkembangan teknologi ini, membantu orang memperoleh informasi yang mutakhir ditunjang dengan adanya fasilitas e-library seperti yang telah dimiliki oleh berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Ohio di Amerika Serikat. Saat ini banyak penerbit-penerbit yang menerbitkan buku dalam bentuk digital baik dalam medium seperti CD ataupun diterbitkan secara online seperti penerbit Encyclopedia Brittanica. Selain itu, ada beberapa penerbit jurnal yang menyediakan pelayanan jurnal secara online dan jurnal tersebut dapat diakses setelah pelanggan membayar biaya berlangganan dan pembaca bisa login dengan memasukkan password. Adanya internet saat ini, memediumi informasi menjadi semakin mudah tersebar.

        Berawal dari konvergensi antara sistem media, komputer, dan telekomunikasi melahirkan medium baru ini. Sehingga banyaknya informasi ini dinamakan fenomena cornucopia yang artinya keterlimpahan atau banjir informasi (Briigs dan Bruke, 2006:334). Teknologi yang canggih ini, juga telah mengubah gaya hidup sejumlah masyarakat dalam memperoleh informasi dari yang dulunya membaca dengan medium kertas sampai membaca informasi digital. Medium publikasi juga terkait dengan kreativitas yang diciptakan dalam menyampaikan infromasi baik dari isi maupun desain tampilannya. Pempublikasian secara online dan mobile dapat dibedakan dari tampilannya. Misalkan publikasi secara online biasanya di desain dengan menggunakan laptop atau PC dan hasilnya akan menampilkan gambar yang lebih banyak dan bervariasi warnanya. Sedangkan publikasi menggunakan mobile atau ponsel cenderung sederhana dan kompak. Selain itu, perbedaan medium dan perangkat untuk mengakses akan melahirkan perbedaan desain dan tata letak. Saat ini penerbit lebih senang menerbitkan karyanya melalui online atau digital, karena penerbitan konevional yang menggunakan banyak kertas jauh lebih banyak memakan biaya.

         Kategori Penerbit
    
       a)  Tipe Penerbitan dan Kebutuhan Pengguna

           Perpustakaan saat ini sudah menjadi bagian dari “industri komunikasi”, dengan memberikan layanan informasi yang dibutuhkan dalam industri tersebut. Hal ini terkait dengan fungsi perpustakaan yang memberikan akses penggunaanya untuk memperoleh informasi yang akurat dan cepat atas kebutuhan informasinya (Horrison & Oates, 1982:8). Perpustakaan berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan pemustaka. Oleh sebab itu, perpustakaan sering melakukan kegiatan penerbitan sendiri. Harrison dan Oates mengatakan ada 7 kebutuhan dan penerbitan dalam perpustakaan.

      - Panduan pembaca. Perpustakaan memberikan informasi mengenai layanan yang diberikan perpustakaan.
      -  Daftar bacaan. Perpustakaan memberikan infromasi mutakhir dalam bentuk display.
      -  Daftar koleksi baru. Pihak perpustakaan memberikan informasi tentang koleksi-koleksi yang baru dimiliki perpustakaan.
     -  Poster. Untuk mempublikasikan program atau kegiatan yang akan dilakukan.
     -  Ulasan/resensi buku. Perpustakaan membuat sendiri atau menerbitkan ulasan dalam bidang tertentu yang mutakhir untuk membantu menunjang pengetahuan tertentu.
     -  Terbitan berkala. Panduan dalam bentuk ini juga diterbitkan oleh perpustakaan trsebut.
     -  Sejarah lokal, pamflet, kalawarta diterbitkan sendiri oleh perpustakaan.

        Tipe publikasi yang dikembangkan berkaitan dengan pelayanan prima pada pemustaka. Konsep kepuasan pemustaka tidak bisa dimaknai secara harfiah, karena mengingat fungsi dan peran perpustakaan itu sendiri. Fokus pada pelayanan yang prima bukan berarti perpustakaan menjadi “bawahan” dari pemustaka, melainkan unit yang membantu menyediakan kebutuhan informasi pemustakanya untuk meningkatkan taraf perkembangan individual dan sosial penggunanya. Selain mengacu pada tipe penerbitan diatas, bisa juga mengacu pada bibliografi seperti yang dijelaskan Yusuf (2009:384).
   
         Bibliografi diterbitkan  untuk mengakses penyediaan semua koleksi yang berisi lengkap mulai dari tempat suatu dokumen, buku, artikel, bahkan ide atau pemikiran yang tertulis disimpan menjadi penting. Penerbitan dalam perpustakaan dilakukan efektif untuk memenuhi kebutuhan pemustakanya. Penerbitan perpustakaan dibagi menjadi dua kategori, yaitu penerbitan berkala dan nonberkala. Di setiap penerbitan perpustakaan juga menggunakan medium konvesional berupa kertas dan juga medium digital.

         Penerbitan Berkala


         Penerbitan berkala merupakan penerbitan serial yang terbatas dengan judul dan berisi beberapa artikel yang ditulis lebih dari satu orang dan diterbitkan pada selang waktu kurang dari satu tahun. Contoh dari terbitan berkala adalah majalah, jurnal atau yang lainnya. Namun pada bab ini, penerbitan berkala sendiri fokus pada bibliografi dan kalawarta atau newsletter. Penerbitan berkala bisa dalam berbagai medium. Bisa saja dalam medium konvesional ataupun digital. Misalkan saat ini juga banyak jurnal yang diterbitkan dalam bentuk digital. Selain itu, penerbitan kalawarta dapat direncanakan jauh-jauh hari dan terjadwal, misalkan perpustakaan menerbitkan majalah untuk didistribusikan pada anggota perpustakaan setiap 2 atau sebulan sekali. Karena, dalam penerbitan berkala lebih mudah dan hanya tinggal menentukan rubik-rubiknya yang ditentukan oleh penanggungjawab masing-masing rubik.

         Selain itu, penerbitan kalawarta bersifat informatif. Bebeda dengan penerbitan kalawarta, penyusun penerbitan bibliografi lebih berat. Karena, penyusunnya harus dilengkapi dengan data penelitian terkait dengan tema yang akan ditulis. Sehingga dalam penyusunannya harus disertai dengan wawasan terkait bidang tersebut. Dalam kegiatan penerbitan perpustakaan lebih spesifik lagi apabila dalam perpustakaan khusus. Misalkan perpustakaan parlemen, dalam menjalankan tugasnya parlemen perlu wawasan yang mendalam dalam bidang hukum. Tentunya perpustakaan harus menyediakan berbagai koleksi yang sesuai dan mutakhir. Seperti menyediakan kliping analisis yang dibuat setiap bulannya dan diterbitkan secara konvesional dicetak atau secara online dengan meng-upload dalam situs milik perpustakaan tersebut. Contoh hasil penerbitan ini dilakukan oleh perpustakaan parlemen di Australia yang berjudul Chronology of Fair Work: Background, Event and Related Legislation yang dipublikasikan 21 Juli 2010.

         Selain itu, perpustakaan juga menerbitkan laporan tahunan yang berisi pertanggung jawaban pengelolah perpustakaan kepada para stakeholder atau penyantun dana.data dalam laporan ini didapat dari melakukan survei dilapangan tentang respon pemustaka terhadap layanan perpustakaan, kebutuhan pemustaka dan lain sebagainya. Laporan ini disampaikan pada pemustaka dan juga manfaat dengan adanya laporan ini untuk memenuhi kebutuhan pemustaka dan upaya memperbaiki palayanan setiap tahunnya. Kegiatan penerbitan yang dilakukan perpustakaan merupakan kegiatan untuk mengelolah dan menyebarluaskan informasi melalui berbagai bentuk medium. 

        Penerbitan Non-Berkala 

        Menurut UNESCO definisi dari penerbitan non-berkala adalah suatu karya yang diterbitkan pada satu waktu yang sama, atau berdasarkan pada volumenya dan interval waktu yang tidak teratur maupun teratur, namun tetap pada kurun waktu satu tahun atau lebih (1962). Kategiri penerbitan nonberkala menurut UNESCO antara lain:
  1.  Buku yang dimaksudkan buku adalah publikasi tercetak nonberkala dengan jumlah halaman tidak kurang dari 49 halaman di luar sampul.
  1. Pamflet, penerbitan tercetak nonberkala dengan jumlah halaman tidakkurang dari 5 dan tidak lebih dari 48, di luar sampul.
         Tercetak disini dimaksudkan semua bentuk reproduksi dalam berbagai metode seperti letter press, litografi, offset, photogravure, fotokopi dan mesin-mesin pengadaan lainnya. Artinya proses cetak mencetak ini dilakukan dalam jumlah halaman seperti yanh dijelaskan diatas. Namun pada tahun 1964 ada penyempurnaan definisi bahwa buku adlah penerbitan tercetak nonperiodik yang berisi setidaknya 49 halaman, di luar sampul, yang diterbitkan di satu negara dan bisa diperoleh publik. Selain itu, pada tahun 2009, Wischenbart dan Ehling mengatakan bahwa definisi UNESCO pada tahun 1964 tidak mengacu pada semua penerbitan digital, juga tidak mengacu pada pertumbuhan naskah-naskah yang dipublikasikan karena adanya layanan dicetak sesuai permintaan, padahal keduanya mendorong cukup kuat penambahan jumlag judul yang diterbitkan dalam suatu negara.


         Pada dasarnya penerbitan konvesional maupun digital harus mempertimbangkan siapa pembaca naskah tersebut dalam kata lain, penulis atau penerbit harus menentukan siapa sasaran dari buku tersebut. Sedangkan untuk poster biasanya digunakan untuk mempromosikan kegiatan dalam perpustakaan atau poster yang berisikan motivasi untuk menyemangati pemustaka. Saat ini penerbitan poster sudah dipermudah dengan adanya fasilitas digital sehingga poster tercetak dengan jumlah tak terbatas. Sedangkan untuk penrbitan secara konvesional memerlukan batasan cetakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar